Malam telah larut dimana jarum jam
menunjukkan pukul 23.15. Suasana sepi menyelimuti sebuah kost-kostan
yang terletak beberapa kilometer dari Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.
Kost-kostan tersebut lokasinya agak jauh dari keramaian sehingga
menjadi tempat favorit bagi siapa saja yang menginginkan suasana tenang
dan sepi. Kost-kostan yang memiliki jumlah kamar mencapai 30 kamar itu
terasa sepi karena memang baru saja dibuka untuk disewakan,hanya
beberapa kamar saja yang sudah ditempati, sehingga suasananya dikala
siang atau malam cukup lengang. Saat itu hujan turun lumayan deras, akan
tetapi nampak sesuatu telah terjadi disalah satu kamar dikost-kostan
itu. Seiring dengan turunnya air hujan,air mata Dinda juga mulai turun
berlinang disaat lelaki itu mulai menyentuh tubuhnya yang sudah tidak
berdaya itu. Saat ini tubuhnya sudah dalam kekuasaan para lelaki itu,
rasa keputus asaan dan takut datang menyelimuti dirinya.
Beberapa menit yang lalu secara
tiba- tiba dirinya diseregap oleh seseorang lelaki disaat dia masuk
kedalam kamar kostnya setibanya dari sebuah tugas penerbangan. Kedua
tangannya langsung diikat kebelakang dengan seutas tali,mulutnya
disumpal dengan kain dan setelah itu tubuhnya dicampakkan oleh lelaki
itu keatas tempat tidurnya. Ingin rasanya dia berteriak meminta
pertolongan kepada teman-temannya akan tetapi kendaraan antar jemput
yang tadi mengantarkannya sepertinya sudah jauh pergi meninggalkan
kost-kostan ini, padahal didalam kendaraan tersebut banyak
teman-temannya sesama karyawan. Dinda Fitria Septiani adalah seorang
Pramugari pada sebuah penerbangan swasta, usianya baru menginjak 19
tahun wajahnya cantik imut-imut, postur tubuhnya tinggi dan langsing
proporsional. Dengan dianugerahi penampilan yang cantik ini sangat
memudahkan baginya untuk diterima bekerja sebagai seorang pramugari.
Demikian pula dengan karirnya dalam waktu yang singkat karena
kecantikannya itulah dia telah menjadi sosok primadona di perusahaan
penerbangan itu. Banyak lelaki yang berusaha merebut hatinya, baik itu
sesama karyawan ditempatnya bekerja atau kawan-kawan lainya. Namun
karena alasan masih ingin berkarir maka dengan secara halus
maksud-maksud dari para lelaki itu ditolaknya. Akan tetapi tidak semua
lelaki memahami atas sikap dari Dinda itu. Paul adalah salah satu dari
orang yang tidak bisa menerima sikap Dinda terhadap dirinya. Kini
dirinya bersama dengan seorang temannya telah melakukan seuatu
perhitungan terhadap Dinda.
Rencana busuk dilakukannya
terhadap Dinda. Malam ini mereka telah menyergap Dinda dikamar kostnya.
Paul adalah satu dari sekian banyaknya lelaki yang menaruh hati kepada
dirinya, akan tetapi Paul bukanlah seseorang yang dikenalnya dengan baik
karena kedudukannya bukanlah seorang karyawan penerbangan ditempatnya
bekerja atau kawan-kawannya yang lain, melainkan dia adalah seorang
tukang batu yang bekerja dibelakang kost-kostan ini. Ironisnya, Paul
yang berusia setengah abad lebih dan melebihi usia ayah Dinda itu lebih
sering menghalalkan segala cara dalam mendapatkan sesuatu, maklumlah dia
bukan seseorang yang terdidik. Segala tingkah laku dan perbuatannyapun
cenderung kasar, karena memang dia hidup dilingkungan orang-orang yang
bertabiat kasar. “Huh rasakan kau gadis sombong !”, bentaknya kepada
Dinda yang tengah tergolek dikasurnya.”Aku dapatkan kau sekarang….!”,
lanjutnya. Sejak perjumpaannya pertama dengan Dinda beberapa bulan yang
lalu, Paul langsung jatuh hati kepada Dinda.
Dimata Paul, Dinda bagaikan
bidadari yang turun dari khayangan sehingga selalu hadir didalam
lamunnanya. Diapun berniat untuk menjadikannya sebagai istri yang ke-4.
Bak bukit merindukan bulan, Paul tidak berdaya untuk mewujudkan
impiannya itu. Predikatnya sebagai tukang batu, duda dari 3 kali
perkawinan, berusia 51 tahun,lusuh dan miskin menghanyutkan impiannya
untuk dapat mendekati sang bidadari itu. Terlebih-lebih ada beberapa
kali kejadian yang sangat menyakitkan hatinya terkait dengan Dinda sang
bidadari bayangannya itu. Sering tegur sapanya diacuhkan oleh
Dinda,tatapan mata Dindapun selalu sinis terhadap dirinya. Lama kelamaan
didalam diri Paul tumbuh subur rasa benci terhadap Dinda, penilaian
terhadapnyapun berubah, rasa kagumnya telah berubah menjadi benci namun
gairah nafsu sex terhadap Dinda tetap bersemi didalam dirinya tumbuh
subur menghantui dirinya selama ini.
Akhirnya dipilihlah sebuah jalan
pintas untuk melampiaskan nafsunya itu, kalaupun cintanya tidak dapat
setidaknya dia dapat menikmati tubuh Dinda pikirnya. Jadilah malam ini
Paul melakukan aksi nekat, diapun membulatkan hatinya untuk memberi
pelajaran kepada Dinda sekaligus melampiaskan nafsunya yang selama ini
mulai tumbuh secara subur didalam dirinya. Kini sang bidadari itu telah
tergeletak dihadapannya, air matanyapun telah membasahi wajahnya yang
putih bersih itu. “Lihat aku, cewek bangsat…..!”, hardiknya seraya
memegang kepala Dinda dan menghadapkan kewajahnya. “Hmmmphh….!!”,
jeritnya yang tertahan oleh kain yang menyumpal dimulutnya, mata Dinda
pun melotot ketika menyadari bahwa saat ini dia telah berhadapan dengan
Paul seseorang yang dibencinya. Hatinyapun langsung ciut dan tergetar
tatkala Paul yang berada dihadapannya tertawa penuh dengan kemenangan,
“Hahaha….malam ini kamu jadi pemuasku, gadis cantik”. Keringatpun
langsung mengucur deras membasahi tubuh Dinda, wajahnya nampak tersirat
rasa takut yang dalam, dia menyadari betul akan apa-apa yang bakal
terjadi terhadap dirinya. Disaat seperti inilah dia menyadari betul akan
ketidak berdayaan dirinya, rasa sesal mulai hadir didalam hatinya, akan
sikap- sikapnya yang tidak berhati-hati terhadap Paul. Kini dihadapan
Dinda, Paul mulai melepaskan baju kumalnya satu persatu hingga akhirnya
telanjang bulat. Walaupun telah berusia setengah abad lebih, namun
karena pekerjaannya sebagai buruh kasar maka Paul memiliki tubuh yang
atletis, badannya hitam legam dan kekar,beberapa buah tatto menghiasi
dadanya yang bidang itu. Isak tangis mulai keluar dari mulut Dinda,
disaat paul mulai mendekat ketubuhnya. Tangan kanannya memegang batang
kemaluannya yang telah tegak berdiri itu dan diarahkannya kewajah Dinda.
Melihat ini Dinda berusaha memalingkan wajahnya, namun tangan kiri Paul
secepat kilat mencengkram erat kepala Dinda dan mengalihkannya lagi
persis menghadap ke batang kemaluannya.. Dan setelah itu
dioles-oleskannya batang kemaluannya itu diwajah Dinda, dengan tubuh
yang bergetar Dinda hanya bisa memejamkan matanya dengan erat karena
merasa ngeri dan jijik diperlakukan seperti itu. Sementara kepala tidak
bisa bergerak-gerak karena dicengkraman erat oleh tangan Paul.
“Ahhh….perkenalkan rudal gue ini sayang…..akhhh….” ujarnya sambil terus
mengoles-oleskan batang kemaluannya diwajah Dinda, memutar-mutar
dibagian pipi, dibagian mata, dahi dan hidungnya. Melalui batang
kemaluannya itu Paul tengah menikmati kehalusan wajah Dinda. “Hai cantik
!….sekarang sudah kenal kan dengan tongkol gue ini, seberapa mahal sih
wajah cantik elo itu hah ? sekarang kena deh ama tongkol gue ini….”,
sambungnya. Setelah puas dengan itu, kini Paul mendorong tubuh Dinda
hingga kembali terjatuh kekasurnya. Sejenak dikaguminya tubuh Dinda yang
tergolek tak berdaya ditempat tidurnya itu. Baju seragam pramugarinya
masih melekat rapi dibadannya. Baju dalaman putih dengan dasi kupu-kupu
berwarna biru ditutup oleh blazer yang berwarna kuning tua serta rok
pendeknya yang berwarna biru seolah semakin membangkitkan birahi Paul,
apalagi roknya agak tersingkap hingga pahanya yang putih mulus itu
terlihat.
Rambutnya yang panjang sebahu
masih digelung sementara itu topi pramugarinya telah tergeletak jatuh
disaat penyergapan lagi. “Hmmpphhh…mmhhh…”, sepertinya Dinda ingin
mengucapkan sesuatu kepadanya, tapi apa perdulinya paling-paling cuma
permintaan ampun dan belas kasihan. Tanpa membuang waktu lagi kini
diputarnya tubuh Dinda menjadi tengkurap, kedua tangannya yang terikat
kebelakang menempel dipunggung sementara dada dan wajahnya menyentuh
kasur. Kedua tangan kasar Paul itu kini mengusap-usap bagian pantat
Dinda, dirasakan olehnya pantat Dinda yang sekal. Sesekali tangannya
menyabet bagian itu bagai seorang ibu yang tengah menyabet pantat
anaknya yang nakal “Plak…Plak…”. “Wah sekal sekali pantatmu…”, ujar Paul
sambil terus mengusap-usap dan memijit- mijit pantat Dinda. Dinda hanya
diam pasrah, sementara tangisannya terus terdengar. Tangisnya terdengar
semakin keras ketika tangan kanan Paul secara perlahan-lahan mengusap
kaki Dinda mulai dari betis naik terus kebagian paha dan akhirnya
menyusup masuk kedalam roknya hingga menyentuh kebagian selangkangannya.
Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan kanan Paul, yaitu jari
tengahnya menyusup masuk kecelana dalamnya dan langsung menyentuh
kemaluannya. Kontan saja hal ini membuat badan Dinda agak menggeliat,
dia mulai sedikit meronta-ronta, namun jari tengah Paul tadi langsung
menusuk lobang kemaluan Dinda. “Egghhmmmmm…….”,Dinda menjerit badannya
mengejang tatkala jari telunjuk Paul masuk kedalam liang kewanitaannya
itu. Badan Dindapun langsung menggeliat- geliat seperti cacing
kepanasan, ketika Paul memainkan jarinya itu didalam lobang kemaluan
Dinda.
Dengan tersenyum terus dikorek-
koreknyalah lobang kemaluan Dinda, sementara itu badan Dinda
menggeliat-geliat jadinya, matanya merem-melek, mulutnya mengeluarkan
rintihan- rintihan yang teredam oleh kain yang menyumpal mulutnya itu
“Ehhmmmppphhh….mmpphhhh….. “. Setelah beberapa menit lamanya, kemaluan
Dindapun menjadi basah oleh cairan kewanitaannya, Paul kemudian mencabut
jarinya. Tubuh Dindapun dibalik sehingga posisinya terlentang. Setelah
itu roknya disingkapkan keatas hingga rok itu melingkar dipinggulnya dan
celana dalamnya yang berwarna putih itu ditariknya hingga bagian bawah
Dinda kini telanjang. Terlihat oleh Paul, kemaluan Dinda yang indah,
sedikit bulu-bulu tipis yang tumbuh mengitari lobang kemaluannya yang
telah membengkak itu. Dengan bernafsunya direntangkan kedua kaki Dinda
hingga mengangkang setelah itu ditekuknya hingga kedua pahanya menyentuh
ke bagian dada. Wajah Dinda semakin tegang, tubuhnya gentar, seragam
pramugarinyapun telah basah oleh keringat yang deras membanjiri
tubuhnya, Paul bersiap-siap melakukan penetrasi ketubuh Dinda. Dapatkan
Cerita Dewasa hanya di Idewasa.Blogspot.Com. “Hmmmmpphhh……….hhhhhmmmm
ppp…. ..”, Dinda menjerit dengan tubuhnya yang mengejang ketika Paul
mulai menanamkan batang kemaluannya didalam lobang kemaluan Dinda.
Matanya terbelalak menahan rasa sakit dikemaluannya, tubuhnya
menggeliat-geliat sementara Paul terus berusaha menancapkan seluruh
batang kemaluannya. Memang agak sulit selain Dinda masih perawan,
usianyapun masih tergolong muda sehingga kemaluannya masih sangat
sempit. Akhirnya dengan sekuat tenaganya, Paul berhasil menanamkan
seluruh batang kemaluannya didalam vagina Dinda.
Tubuh Dinda berguncang-guncang
disaat itu karena dia menangis merasakan sakit dan pedih tak terkirakan
dikemaluannya itu. Diapun menyadari bahwa malam itu keperawanannya
akhirnya terenggut oleh Paul. “Ahh….kena kau sekarang !!! akhirnya Gue
berhasil mendapatkan perawan elo !”, bisiknya ketelinga Dinda. Hujanpun
semakin deras, suara guntur membahana memiawakkan telinga. Karena ingin
mendengar suara rintihan gadis yang telah ditaklukkannya itu,dibukannya
kain yang sejak tadi menyumpal mulut Dinda. “Oouuhhh…..baang….saakiitt
…banngg….amp uunn …”, rintih Dinda dengan suara yang megap- megap. Jelas
Paul tidak perduli. Dia malahan langsung menggenjot tubuhnya memopakan
batang kemaluannya keluar masuk lobang kemaluan Dinda.
“Aakkhh….ooohhhh….oouuhhhh
….ooohhhggh… .”, Dinda merintih-rintih, disaat tubuhnya digenjot oleh
Paul, badannyapun semakin menggeliat-geliat. Tidak disadarinya justru
badannya yang menggeliat-geliat itu malah memancing nafsu Paul, karena
dengan begitu otot-otot dinding vaginanya malah semakin ikut
mengurut-urut batang kemaluan Paul yang tertanam didalamnya, karenanya
Paul merasa semakin nikmat. Menit-menitpun berlalu dengan cepat, masih
dengan sekuat tenaga Paul terus menggenjot tubuh Dinda, Dindapun nampak
semakin kepayahan karena sekian lamanya Paul menggenjot tubuhnya. Rasa
pedih dan sakitnya seolah telah hilang, erangan dan rintihanpun kini
melemah, matanya mulai setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja
yang terlihat, sementara itu bibirnya menganga mengeluarkan
alunan-alunan rintihan lemah, “Ahhh…..ahhhh…oouuhhhh…” . Dan akhirnya
Paulpun berejakulasi di lobang kemaluan Dinda, kemaluannya menyemburkan
cairan kental yang luar biasa banyaknya memenuhi rahim Dinda.
“A..aakkhhh…..”, sambil mengejan Paul melolong panjang bak srigala,
tubuhnya mengeras dengan kepala menengadah keatas.
Puas sudah dia menyetubuhi
Dinda, rasa puasnya berlipat-lipat baik itu puas karena telah mencapai
klimaks dalam seksnya, puas dalam menaklukan Dinda, puas dalam merobek
keperawanan Dinda dan puas dalam memberi pelajaran kepada gadis 6cantik
itu. Dinda menyambutnya dengan mata yang secara tiba-tiba terbelalak,
dia sadar bahwa pasangannya telah berejakulasi karena disakannya ada
cairan-cairan hangat yang menyembur membanjiri vaginanya. Cairan kental
hangat yang bercampur darah itu memenuhi lobang kemaluan Dinda sampai
sampai meluber keluar membasahi paha dan sprei kasur. Dinda yang
menyadari itu semua, mulai menangis namun kini tubuhnya sudah lemah
sekali. Dengan mendesah puas Paul merebahkan tubuhnya diatas tubuh
Dinda, kini kedua tubuh itu jatuh lunglai bagai tak bertulang. Tubuh
Paul nampak terguncang-guncang sebagai akibat dari isak tangis dari
Dinda yang tubuhnya tertindih tubuh Paul. Setelah beberapa menit
membiarkan batang kemaluannya tertanam dilobang kemaluan Dinda, kini
Paul mencabutnya seraya bangkit dari tubuh Dinda. Badannya berlutut
mengangkangi tubuh lunglai Dinda yang terlentang, kemaluannya yang
nampak sudah melemas itu kembali sedikit- demi sedikit menegang disaat
merapat kewajah Dinda. Dikala sudah benar-benar menegang, tangan kanan
Paul sekonyong-konyong meraih kepala Dinda. Dinda yang masih
meringis-ringis dan menangis tersedu-sedu itu, terkejut dengan tindakan
Paul.
Terlebih-lebih melihat batang
kemaluan Paul yang telah menegang itu berkedudukan persis dihadapan
wajahnya. Belum lagi sempat menjerit, Paul sudah mencekoki mulutnya
dengan batang kemaluannya. Walau Dinda berusaha berontak namun akhirnya
Paul berhasil menanamkan penisnya itu kemulut Dinda. Nampak Dinda
seperti akan muntah, karena mulutnya merasakan batang kemaluan Paul yang
masih basah oleh cairan sperma itu. Setelah itu Paul kembali memopakan
batang kemaluannya didalam rongga mulut Dinda, wajah Dinda memerah
jadinya, matanya melotot, sesekali dia terbatuk-batuk dan akan muntah.
Namun Paul dengan santainya terus memompakan keluar masuk didalam mulut
Dinda, sesekali juga dengan gerakan memutar-mutar. “Aahhhh….”, sambil
memejamkan mata Paul merasakan kembali kenikmatan di batang kemaluannya
itu mengalir kesekujur tubuhnya. Rasa dingin, basah dan geli
dirasakannya dibatang kemaluannya. Dan akhirnya,
“Oouuuuhhhh…Dinndaaaa…saya nggg… ..”, Paul mendesah panjang ketika
kembali batang kemaluannya berejakulasi yang kini dimulut Dinda. Dengan
terbatuk-batuk Dinda menerimanya, walau sperma yang dimuntahkan oleh
Paul jumlahnya tidak banyak namun cukup memenuhi rongga mulut Dinda
hingga meluber membasahi pipinya. Setelah memuntahkan spermanya Paul
mencabut batang kemaluannya dari mulut Dinda, dan Dindapun langsung
muntah-muntah dan batuk-batuk dia nampak berusaha untuk mengeluarkan
cairan-cairan itu namun sebagian besar sperma Paul tadi telah mengalir
masuk ketenggorokannya. Saat ini wajah Dinda sudah acak- acakan akan
tetapi kecantikannya masih terlihat, karena memang kecantikan dirinya
adalah kecantikan yang alami sehingga dalam kondisi apapun selalu cantik
adanya.
Dengan wajah puas sambil
menyadarkan tubuhnya didinding kasur, Paulpun menyeringai melihat Dinda
yang masih terbatuk-batuk. Paul memutuskan untuk beristirahat sejenak,
mengumpulkan kembali tenaganya. Sementara itu tubuh Dinda meringkuk
dikasur sambil terisak-isak. Waktupun berlalu, jam didinding kamar Dinda
telah menunjukkan pukul 1 dinihari. Sambil santai Paulpun menyempatkan
diri mengorek-ngorek isi laci lemari Dinda yang terletak disamping
tempat tidur. Dilihatnya album foto- foto pribadi milik Dinda, nampak
wajah-wajah cantik Dinda menghiasi isi album itu, Dinda yang anggun
dalam pakaian seragam pramugarinya,nampak cantik juga dengan baju
muslimnya lengkap dengan jilbab ketika foto bersama keluarganya saat
lebaran kemarin dikota asalnya yaitu Bandung. Kini gadis cantik itu
tergolek lemah dihadapannya, setengah badannya telanjang, kemaluannya
nampak membengkak. Selain itu, ditemukan pula beberapa lembar uang yang
berjumlah 2 jutaan lebih serta perhiasan emas didalam laci itu, dengan
tersenyum Paul memasukkan itu semua kedalam kantung celana lusuhnya,
“Sambil menyelam minum air”,batinnya. Setelah setengah jam lamanya Paul
bersitirahat,kini dia bangkit mendekati tubuh Dinda. Diambilnya sebuah
gunting besar yang dia temukan tadi didalam laci. Dan setelah itu dengan
gunting itu, dia melucuti baju seragam pramugari Dinda satu persatu.
Singkatnya kini tubuh Dinda
telah telanjang bulat, rambutnyapun yang hitam lurus dan panjang sebahu
yang tadi digelung rapi kini digerai oleh Paul sehingga menambah
keindahan menghiasi punggung Dinda. Sejenak Paul mengagumi keindahan
tubuh Dinda, kulitnya putih bersih, pinggangnya ramping, payudaranya
yang tidak terlalu besar, kemaluannya yang walau nampak bengkak namun
masih terlihat indah menghias selangkangan Dinda. Tubuh Dinda nampak
penuh dengan kepasrahan, badannya kembali tergetar menantikan akan
apa-apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Sementara itu hujan diluar
masih turun dengan derasnya, udara dingin mulai masuk kedalam kamar yang
tidak terlalu besar itu.
Udara dingin itulah yang kembali
membangkitkan nafsu birahi Paul. Setelah hampir sejam lamanya memberi
istirahat kepada batang kemaluannya kini batang kemaluannya kembali
menegang. Dihampirinya tubuh telanjang Dinda, “Yaa…ampuunnn bangg…udah
dong….Dinda minta ampunn bangg…oohhh….”, Dinda nampak memelas
memohon-mohon kepada Paul. Paul hanya tersenyum saja mendengar itu
semua, dia mulai meraih badan Dinda. Kini dibaliknya tubuh telanjang
Dinda itu hingga dalam posisi tengkurap. Setelah itu ditariknya tubuh
itu hingga ditepi tempat tidur, sehingga kedua lutut Dinda menyentuh
lantai sementara dadanya masih menempel kasur dipinggiran tempat tidur,
Paulpun berada dibelakang Dinda dengan posisi menghadap punggung Dinda.
Setelah itu kembali direntangkannya kedua kaki Dinda selebar bahu, dan….
“Aaaaaaaaakkkkhh………” , Dinda melolong panjang, badannya mengejang dan
terangkat dari tempat tidur disaat Paul menanamkan batang kemaluannya
didalam lobang anus Dinda. Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan
didaerah selangkangannya, dengan agak susah payah kembali Paul berhasil
menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Dinda. Setelah itu
tubuh Dindapun kembali disodok-sodok, kedua tangan Paul meraih payudara
Dinda serta meremas-remasnya. Setengah jam lamnya Paul menyodomi Dinda,
waktu yang lama bagi Dinda yang semakin tersiksa itu.
“Eegghhh….aakkhhh….oohhh.. .”, dengan mata merem-melek serta tubuh
tersodok- sodok Dinda merintih-rintih, sementara itu kedua payudaranya
diremas-remas oleh kedua tangan Paul. Paul kembali merasakan akan
mendapatkan klimaks, dengan gerakan secepat kilat dicabutnya batang
kemaluan itu dari lobang anus Dinda dan dibaliklah tubuh Dinda itu
hingga kini posisinya terlentang.
Secepat kilatpula dia yang kini
berada diatas tubuh Dinda menghujamkan batang kemaluannya kembali
didalam vagina Dinda. “Oouuffffhhh……”,Dinda merintih dikala paul
menanamkan batang kemaluannya itu. Tidak lama setelah Paul memompakan
kemaluannya didalam liang vagina Dinda “CCREETT….CCRROOOT…CROOTT. ..”,
kembali penis Paul memuntahkan sperma membasahi rongga vagina Dinda, dan
Dindapun terjatuh tak sadarkan diri. Fajar telah menjelang, Paul nampak
meninggalkan kamar kost Dinda dengan tersenyum penuh dengan kemenangan,
sebatang rokok menemaninya dalam perjalanannya kesebuah stasiun bus
antar kota,sementara itu sakunya penuh dengan lembaran uang dan
perhiasan emas. Entah apa yang akan terjadi dengan Dinda sang pramugari
cantik imut-imut itu, apakah dia masih menjual mahal dirinya. Entahlah,
yang jelas setelah dia berhasil menikmati gadis cantik itu, hal itu
bukan urusannya lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar