Rabu, 08 Juni 2011

KAU RENGGUT KEPERAWANANKU

Kisah ini terjadi sau tahun yang silam, tepatnya tahun 2010. Kisah ini menceritakan tentang sepasang kekasih yang menjalin cinta sejak di bangku kuliah. Sang lelaki adalah seorang pengacara muda yang sangat haus akan hubungan sex, sedangkan sang wanita adalah seorang yang rada ngeri dengan sex. Maklum, masih perawan.
Pada hari yang telah ditentukan, mereka melangsungkan akad nikah. Rian (nama samaran sang lelaki) sudah merencanakan bahwa resepsi pernikahan ini hanya berlangsung satu hari dan hanya beberapa jam saja di gedung sewaan. Setelah itu keduanya langsung pergi ke hotel yang telah dipesan.
Malam itu, Rian dan Tia (nama samaran sang perempuan) sangat lelah setelah ngobrol dengan orangtua dan sanak famili mereka. Mereka bersyukur para “tamu tak diundang” sudah pada pulang. Akhirnya tinggallah mereka berdua di hotel bintang lima itu. Terlebih dahulu Tia membersihkan make up yang menempel.
“Papa mandi duluan gih. Ntar Mama nyusul” kata Tia dengan lembut sambil mengelus kepala suaminya.
“Nggh, Papa duluan ya Ma,” Rian menggeliat bangun sambil mencium bibir istrinya dengan mesra.
“Hmm” Tia membalas ciuman itu dengan hangat.
Kemudian terdengar desir shower yang membasahi tubuh Rian. Sementara Tia menunggu sambil membaca majalah wanita (padahal Rian sengaja membeli majalah-majalah erotis supaya Tia terangsang). Tia adalah tipe wanita yang tidak ingin tahu soal hubungan sex, bahkan sejak di bangku kuliah. Paling-paling hal yang dilakukan sama Rian dulu hanya sebatas ciuman saja. Lima belas menit kemudian Rian memanggil dari kamar mandi. “Ma, mandi bareng yuk!” Tia kaget dan langsung menolak ajakan itu.
Tapi Rian nekat, dengan tubuh yang telanjang bulat dan penis yang menegang, dia berjalan menyusuri kamar dan menggendong istrinya. “Papa apa-apaan? Baju Mama jadi basah ni!” Tia meronta, tapi percuma. Rian begitu kuat mencengkeram. “Nggak apa-apa Ma!”
Rian membanting pintu kamar mandi. Dengan masih berpakaian lengkap Rian menggiring tubuh istrinya hingga kebasahan kena air shower. Tia teriak-teriak seperti orang yang akan diperkosa. Rian mendempet tubuh istrinya sehingga Tia tidak dapat bergerak lagi. “Papa jangan Pa! Jangan di sini!” tangisnya meledak.
Rian hanya tersenyum saja. Dia dengan cepat melepas kaos istrinya hingga mencuatlah BH yang membungkus payudara berwarna coklat mulus. Tia tambah histeris. “Aahh!! Paa jangan!” jeritnya mengiba ketika Rian melepaskan kaitan BH Tia. Sekarang ia sudah telanjang dari pinggang ke atas.
Tia mencoba menahan kepala Rian yang memainkan lidahnya di kedua buah dadanya sambil manahan juga rangsangan yang hebat dari Rian yang kini menghisap kedua puting susunya kanan-kiri. Kedua puting itu mengeras dan membesar. “Aauuhh! Paa udah dong jangan di sini!”
Tangan Rian lebih kasar lagi, sekarang dia menyusup ke balik celana panjang Tia dan berusaha melepaskan celana itu. Tangan Tia mencegah tangan suaminya melepaskan celana panjangnya. Percuma, celana panjang terlepas sudah. Sekarang yang tersisa hanyalah celana dalam. Tia mati-matian mempertahankan “benteng terakhirnya” itu.
Suara Tia yang menangis itu ternyata membangkitkan rangsangan Rian. Dia langsung menyusup ke balik CD istrinya dan kemudian mengelus vagina yang ternyata udah basah dari tadi. Entah apakah basah karena air shower atau emang udah basah karena cairan vagina itu sendiri. Jari telunjuk Rian mengelus-elus permukaan vagina yang licin itu sampai Tia mendesah-desah, ” Aahh, aahh.. uddah Paah!”
Muka Tia memerah seperti udang rebus. Tanpa sadar Tia merenggangkan kakinya sehingga Rian dengan mudah melepaskan CD. Sekarang mereka berdua telah tenajang bulat. Rian menggencet tubuh istrinya di tembok dan kemudian penis yang sudah menempel di perut Tia dia goyang-goyang seperti gerakan bersetubuh. Tia berteriak mengelinjang sementara bibir dan lidah Rian sibuk mengecup dan menjilat leher dan tengkuk istrinya. Tak lupa pula bibir Tia ia kulum seperti permen. payudaranya juga tidak luput dari remasan tangan yang sudah terbakar nafsu birahi.
Pantat Rian terus menggenjot penis yang menekan perut Tia. “Aaahh, Papa janggan Paahh berentii doonng” Tia sudah kepayahan digencet terus di tembok. Sebenarnya Tia merasakan rangsangan yang hebat, tetapi dia tidak mau mengakui kalau dia terangsang hebat. Seandainya saja dia mau mengakui tentu dia akan menikmati permainan ini. Rian semakin keras menggoyangkan pantatnya dan akhirnya terjadilah semburan yang dahsyat yang membanjiri perut Tia! “Aahhkk!” Rian Vaginaik tertahan. “Uuuhh!!” Tia ternyata mengalami orgasme juga. Vaginanya basah sekali oleh lendir dari liang kewanitaannya.
Tia yang kelelahan terduduk di lantai kamar mandi. Penis Rian yang masih setengah bangun dituntun masuk ke mulut Tia. Tia yang merasa jijik kontan saja melepehkan penis itu. Melihat reaksi seperti itu langsung saja Rian mencengkeram kepala Tia. Penis itu lalu dihisap sampai menegang lagi dan Rian mengoral Tia. Goyangan semakin liar dan Tia pun tampaknya menikmati oral sex ini, walau masih malu-malu.
Rian yang semakin terangsang menjambak rambut Tia dan menggerakkan kepala istrinya maju-mundur sambil menggoyangkan pantatnya. Sepuluh menit kemudian Rian merasa akan mencapai klimaks lagi. Dia tahan kepala istrinya supaya nggak memuntahkan spermanya. Croot! Croot! Sperma tertumpah di dalam mulut Tia.“Hhhkk!” Tia mau muntah tapi ditahan suaminya. “Tahan sayang! Telan! Ini obat awet muda!” seru Rian sambil keenakan. Akhirnya dengan susah payah Tia menelan semua sperma suaminya.
Sambil menyeka sisa sperma yang menetes, Tia bangkit dan berkata, “Pa, permainanmu dahsyat banget. Sebenarnya Mama pengen dari dulu begini sama Papa” Rian tersenyum mendengar penuturan istrinya.
Mereka mandi bersama sambil berpelukan selama hampir dua jam.
Setelah puas bermandi-mandi, mereka nonton DVD berdua. Rian menyuruh Tia mengenakan tank top untuk olahraga yang memperlihatkan bagian perut yang masih rata dipadu dengan celana dalam yang serasi warnanya, sementara Rian sendiri mengenakan celana dalam saja.
Rian sengaja mengajak istrinya nonton film biru agar Tia makin terangsang. Mereka duduk di lantai yang berkarpet mewah, bukan di tempat tidur. Tia nampak kedinginan karena AC-nya menyala terus. Rian memeluk tubuh istrinya dari belakang sambil menempelkan kemaluannya di punggung istrinya. Tangannya iseng meremas payudaranya. “Mama kedinginan ya?” tanya Rian sambil terus meremas.
Mata Tia tak lepas dari film jorok itu.
“Pa,” “Hmm?” “Mama mau deh sekarang kita melakukan kayak gitu” kata Tia sambil menunjuk pria bule yang sedang menyetubuhi perempuan Asia. Setelah berkata begitu, Tia memandang lekat-lekat suaminya dengan penuh cinta. Mereka bangkit lalu berbaring di kasur. Sementara DVD terus menyala.
Mereka berbaring sambil bercengkrama. Ternyata Tia hanya berpura-pura menolak waktu di kamar mandi. Sebenarnya dia hanya nggak mau keperawanannya hilang di kamar mandi. Mendengar hal itu Rian mencium bibir istrinya dengan penuh kasih sayang. Tia membalas ciuman itu dengan birahi membara. Ditindihnya Rian hingga kehabisan nafas. Rian nggak tinggal diam. Dicopotnya tank top Tia dan kembali mencumbui daerah dada wanita itu.
Tak lama kemudian keduanya telah telanjang bulat. Penis Rian memanjang kembali. Tia memeluk suaminya dengan erat. Rian berguling sehingga badannya kini berada di atas Tia.
“Setubuhi Mama, Pa! Renggutlah keperawanan Mama sekarang!”
Rian sudah tidak bisa menahan nafsunya. Kini mereka berdua sudah benar-benar dalam posisi siap untuk melakukan. Tia di bawah, dan Rian di atas. Hanya saja Rian masih memainkan ujung penisnya di klitoris istrinya yang vaginanya sudah banjir memerah mekar menunggu dijebol! “Papa masukin ya Ma.” Rian memasukkan penisnya perlahan. “Aaaoouuhh..” desah Tia keenakan. Matanya terpejam. Dadanya menempel pada dada Rian.
Sampai suatu saat Rian merasakan ada yang menghalangi jalan masuk penisnya. Batang penis yang mempunyai panjang 13 cm itu sulit untuk masuk. Dengan sedikit iseng Rian menyodok-nyodokkan pelan ke selaput dara istrinya. Tia langsung merintih. “Uuuhhkk.. enak Pa.” Rian dengan sedikit tenaga menghujamkan penisnya melewati selaput itu. Selaput dara istrinya langsung robek.
“Aduuhh sakit Paa..!” Tia tiba-tiba menjerit kesakitan. Rian langsung mencium istrinya. Penisnya tidak digerakkan dulu menunggu sampai vagina istrinya terbiasa dengan penis yang masuk.
Tia terisak-isak, tidak menyangka akan segini sakit padahal vaginanya sudah banjir dari tadi. Dengan cueknya Rian menggenjot penisnya. Darah menetes dari vagina Tia yang masih kesakitan. Terdengar nafas Rian yang memburu seperti sedang maraton. Setelah semakin lancar maju-mundur, terlihat di wajah Tia mulai menunjukkan tanda-tanda kenikmatan. Peluh mulai membasahi keduanya. “Gimana sayang, masih sakit?” tanya Rian yang terlihat keenakan. “Ngga lagi Pa, ayo terus Pa! Enak, tusuk terus Pa!” Tia menjawab sambil komat-kamit nggak jelas. Rian makin mempercepat goyangannya. Lima menit kemudian terasa tubuh Tia bergetar dan dia melenguh panjang. “Uuuhh!!”
Merasa istrinya sudah orgasme, Rian mempercepat tusukannya, semakin cepat dan, “Oookkhh!”
Cairan mani menyembur hangat di dalam liang vagina Tia. Cairan itu menetes keluar vagina saking banyaknya. Tia tertelentang pasrah sambil menarik napas terengah-engah, sedangkan Rian tertelungkup tak berdaya di atas tubuh istrinya. Penisnya masih tertancap, walaupun sudah lemas.
Rian lalu berguling ke samping dan bertanya, “Gimana Ma? Enak ngga?” Tia nggak bisa berkata apa-apa lagi. Raut wajahnya kelihatan puas. Dia hanya mengangguk lemas.
Tapi tak lama kemudian Tia berhasil membangkitkan kembali birahi suaminya dan membuat mereka melakukan kembali. Kali ini Rian terlentang di bawah sedangkan Tia duduk di atas penis suaminya sambil memunggungi Rian. Tia ternyata wanita yang sangat tangguh. Sepuluh menit tidak ada tanda-tanda ingin orgasme.
Tak berapa lama Rian merasakan genjotan istrinya semakin cepat dan penisnya serasa dijepit oleh jepitan yang sangat kuat. Tia orgasme lagi. Rian belum mau keluar. Dia suruh Tia nungging di atas tempat tidur. Dari belakang kemudian dia menusukkan penisnya seperti anjing yang sedang kimpoi. Rian lalu menempelkan dadanya ke punggung Tia. Tak lupa tangannya menggerayangi payudara yang seperti bola itu.
Tia merasa cengkeraman tangan Rian di payudaranya makin mengencang dan goyangan suaminya semakin cepet. “Uuukhh, croot croot” Cairan mani yang hangat kembali membasahi vagina Tia. Mungkin karena pengaruh mani suaminya Tia mengalami orgasme lagi. Dia sudah tidak memperdulikan rasa sakit akibat kehilangan keperawanan.
Ketika suaminya mencabut penisnya dan berbaring kembali, Tia berbisik, “Vaginaku robek besar. Kaurenggut keperawananku. Tapi aku sadar, semua bagian tubuhku adalah milikmu. Aku cinta kamu, Pa”
Tia lalu mencium kening suaminya yang tertidur. Sejak saat itu Tia selalu meminta hubungan sex di manapun dan kapanpun ada kesempatan. Dia jadi lebih maniak sex dibanding Rian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar